Selasa, 10 Maret 2009

Harta yang sesungguhnya

Gadis kecil berambut ikal keemasan itu berumur lima tahun. Ketika sedang menunggu ibunya, ia melihat harta itu: merah jambu. "Oh Ibu, bolehkah aku memilikinya? Ayolah Bu!" Sang ibu dengan cepat melihat bagian belakang kotak itu, lalu memandang sepasang mata biru anaknya yang mendongak penuh harapan. "Satu dolar dan sembilan puluh lima sen. Hampir dua dolar. Jika kamu benar-benar menginginkannya, Ibu akan mencarikan tugas-tugas untuk mu, dan kamu dapat menabung cukup uang untuk membelinya.

Seminggu lagi kamu berulang tahun dan Nenek akan memberimu selembar uang dolar yang baru." Segera setelah sampai dirumah, Jenny segera menghitung uang dalam celengannya. ada 17 penny. setelah makan malam, ia mengerjakan lebih banyak tugasnya yang seharusnya. Lalu ia pergi ke tetangga dan bertannya pada nyonya McJames apakah ia dapar memetikkan bunga dandelion untuk mendapatkan 10 sen. Ketika ia berulang tahun, Nenek benar-benar memberikan selembar uang dolar, dan akhirnya ia mempunyai cukup uang untuk membeli kalung itu.
Jenny sangat menyayangi kalung mutiaranya. kalung itu membuatnya merasa cantik dan dewasa. Ia memakainya setiap hari kesekolah Minggu, Taman kanak-kanak, bahkan waktu tidur. Ia hanya melepas kalung itu kalau ia berenang atau mandi. Ibu mengatakan kalau kalung itu basah akan menyebabkan lehernya menjadi hijau.

Jenny mempunyai seorang ayah yang sangat sayang padanya, dan tiap malam kalau ia akan tidur, ayahnya akan berhenti mengerjakan apa saja yang sedang di kerjakannya, lalu naik ke atas untuk membacakan sebuah cerita bagi Jenny. Suatu malam ketika selesai bercerita, ayahnya bertanya, "Apakah kamu menyayangi ayah?" "Oh tentu, Ayah. Ayah tahu bahwa aku menyayangi Ayah." "Kalau begitu berikan kalung mutiara mu." "Aduh ayah, jangan kalung mutiaraku. tapi ayah boleh mengambil Princess, kuda putih mainanku, yang ekornya merah muda. Ayah masih ingat kan? itu adalah mainan kesukaan ku.""Tidak apa-apa, Nak. Ayah sayang pada mu. Selamat tidur." Lalu ayah menciumnya. Seminggu kemudian, setelah selesai bercerita, ayahnya jeni bertanya lagi,"Apakah kamu menyayangi ayah?""Ayah, ayah tahu bahwa aku sayang pada mu.""Kalau begitu berikan kalung mutiara mu." "Aduh ayah, jangan kalung mutiara ku, tapi ayah boleh memiliki boneka bayi ku. Ia sangat cantik, dan ayah juga boleh mengambil selimut kuning yang cocok dengan tampat tidurnya." "Tidak apa-apa Nak. Tidur lah, Tuhan menjaga mu. Ayah sayang pada mu."dan seperti biasa ayah mencium pipinya dengan lembut.

Beberapa malam kemudian, ketika ayahnya masuk, Jenny sedang duduk bersila di atas tempat tidurnya. Ketika ayahnya mendekat, ia melihat dagu Jenny gemetar dan pelan-pelan setetes air mata mengalir turun di pipinya."Mengapa, Jenny? Ada apa?" Jenny tidak berkata apa pun, tetapi ia mengeluarkan tangannya yang mungil kepada ayahnya. Dan ketika ia membukanya, disitu ada kalung mutiara Jenny. Dengan suara lirih, akhirnya Jenny berkata."Ini, Ayah. Kalung ini buat ayah." Dengan air mata berlingang-linang, ayah Jenny mengeluarkan satu tangan untuk menerima kalung tiruan itu, dan dengan tangan satunya ia meraih ke dalam kantongnya dan mengeluarkan kotak beludru biru berisi seuntai kalung mutiara asli dan memberikannya kepada Jenny. Ayah Jenny sudah sejak lama menyimpannya, ia hannya menunggu Jenny memberikan kalung nya yang tiruan itu supaya ia dapat memberikan harta yang asli kepadanya."Begitu juga dengan Bapa kita di Sorga, Dia akan memberikan yang abadi kepada kita, bukan tiruan, hannya saja kita selalu membanggakan kepalsuan kita sendiri sehingga kita mengorbankan yang lain yang sesungguhnya sangat berarti bagi kita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar