Kamis, 30 April 2009

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA

IDE CEMERLANG YANG TIDAK TERDUGA
(Keluaran 18:1-27)
Oleh: Saumiman Saud

Coba kita ingat kembali, pernahkah di dalam kehidupan kita dibanjiri persoalan yang bertubi-tubi sehingga kita merasa seakan-akan tidak ada jalan keluar? Kita pikir tidak ada lagi harapan, buntu, karena sudah cukup lama mentok di dalam masalah yang sama . Kebosanan mulai muncul. Keletihan kerja mulai terasa, semangatnya pun sudah menurun. Namun uniknya di saat-saat itu tiba-tiba muncul orang-orang yang tidak kita duga, kemudian dengan ide cemerlangnya membangunkan semangat kita kembali. Jika bukan rancangan Tuhan tentu hal seperti ini tidak akan terjadi.

Naaman pernah mengalami kasus seperti ini. Tatkala ia menghadapi penyakit kustanya, dan boleh dibilang tanpa pengharapan lagi. Tiba-tiba muncul pembantunya memberi usul. Yang menarik adalah Naaman tidak mengabaikan usul itu, walaupun yang menyampaikannya seorang pembantu. Demikian juga dengan Musa, tatakala ia menghadapi berbagai tekanan dan pergumulan memimpin umat Israel . bahkan emosinya juga sudah tidak terkendali. Maka tanpa diduga Alah memakai seseorang yang diluar perhitungannya untuk memberi penyelesaian terhadap persoalan yang sedang dihadapainya. Siapa sebenarnya sumber yang diluar dugaan itu?

Yitro, mertua Musa yang juga seorang imam dari Midian. Ia telah mendengar bagaimana Allah telah memimpin Musa sang menantunya dengan penuh keajaiban tatkala merka keluar dari tanah Mesir. Dan ketika bangsa Israel menuju negaranya, maka Yitro mengambil kesempatan mengantar putrinya Zipora dan cucunya mengunjungi Musa yang sebelumnya Musa memulangkannya untuk sementara ke tempat mertuanya. (lihat Kel 18:1-7)

Jadi walaupun Yitro telah mendengar kabar tersebut, tetap saja Musa menceritakan kejadian tersebut (ayat 8). Apa yang disaksikan Musa justru membuat Yitro sangat bersuka-cita, sebab ternyata Tuhan menyelamatkan Musa dari tangan orang-orang Mesir. Cerita ini membuat diri Yitro bertobat. Demikianlah apa yang dikatakan Yitro “Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka." (Ayat 11) Sebagai respon ucapan syukur Yitro kepada Tuhan ia mempersembahkan korban sembelihan bagi Allah. Lalu Harun dan semua tua-tua Israel diundang datang untuk makan bersama dihadapan Allah.

Permisi tanya? Pernahkah kita merasakan sebagai suatu ucapan syukur atas keselamatan yang diberikan Tuhan? Pernahkah kita mengungkapkannya dengan mengembalikan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita? Kadang kita begitu “enjoy” dengan keadaan yang ada, sehingga kitapun lupa bahawa sesungguhnya kita perlu mengucap syukur dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Selama ini kita menampung berkat yang dicurahkan, namun penyalurannya masih terhambat gara-gara kita tidak komitmen pada Tuhan. Hal ini tentu merupakan suatu tantangan bagi kita semua bukan? Sadarkah banyak sekali orang percaya yang tatkala waktu senggang lebih memikirkan untuk menyenangkan diri sendiri ketimbang Tuhan. Tatkala kalender merah, maka rencanapun menumpuk, mulai dari piknik di dalam bahkan di luar negeri; acapkali acara gereja dikorbankan. Antara Retreat dengan piknik ke luar negeri (Kapal Pesiar) otomatis yang lebih menarik adalah piknik. Namun pernahkah kita sebagai anak
Tuhan memprioritaskan untuk Tuhan lebih utama? Kita dapat mencobanya, asal minta pertolongan Tuhan.

Sebagai seorang mertua ternyata Yitro cukup memperhatikan menantunya yang saat itu sedang bertugas berat. Dari pengamatannya secara pribadi ternyata ia melihat bahwa tugas Musa itu sangat berat, apalagi ia harus mengerjakannya sendiri. Bayangkan saja, setiap hari Musa berhadapan dengan berbagai masalah yang timbul dari bangsa Israel . Satu persatu mereka datang untuk “konseling” pada Musa. Mulai dari masalah pribadi, keluarga dan masalah-masalah lainnya. (ayat 13-16) Dengan demikian bila menjelang malam Musa merasa sangat lelah, sementara itu mereka yang masih berdiri di dalam antrian pulang dengan kekecewaan dan frustrasi. Melihat keadaaan ini maka Yitro berkomentar demikian “Tidak baik seperti yang kau lakukan itu, engkau akan menjadi sangat lelah. Baik engkau bangsa yang beserta engkau ini. Takkan engkau sanggup melakukannya sendiri." (Ayat 17-18)

Memang agak janggal kelihatannya, sebab sejak mula tidak biasa kalau Musa mengerjakan sesuatu sendiri. Tatkala ia dipanggil Tuhan di semak belukar, ia mengaku tidak pandai berbicara, itu sebabnya Tuhan memberikan Harun sebagai pendampingnya. Namun herannya saat ini, ia menjalankan kerjanya sendiri. Melihat keadaan yang rumit ini maka Yitro memberikan saran dan ide yang cemerlang. Sungguh munculnya tidak terduga sama sekali.

Jaman sekarang sering kali orang yang lebih tua dianggap kuno, kolot tidak berteknologi dan sebagainya. Namun beda dengan Musa, ia mau belajar dari mertuanya, sebab ia tahu paling sedikit ada pelajaran yang berharga yang dapat diperolehnya. Coba kita lihat jurus cemerlang apa saja yang diajarkan Yitro kepada Musa?

1. Musa harus menjadi penengah, antara Allah dan rakyat. Dengan demikian maka kehidupan Musa sendiri harus membawa prioritas kepada Tuhan. Dengan demikian ia boleh mengerti dengan jelas apa yang diinginkan-Nya.
2. Musa harus mengetahui Kehendak Alllah supaya penyampaiannya kepada rakyat Israel tidak salah
3. Musa harus mendelegasikan tanggung-jawabnya ke beberapa orang

Yitro menyerankan Musa mencari orang-orang yang cakap, takut akan Allah dan dapat dipercaya. Orang itu juga harus benci kepada pengejaran suap. Hanya merekalah yang boleh menjadi pemimpin ( 18:21 ) Cara kerja yang disaran Yitro ini yang dipakai hingga hari ini oleh para ahli management dan juga organisasi-organisa si resmi. Pendelegasian tugas, sehingga menciptakan sinergi yang lebih besar.

Apa yang menjadi pelajaran kita hari ini?

Sebagai seorang percaya kita harus menentukan prioritas dalam hidup kita. Terlalu banyak tuntutan yang harus dijalankan dalam kehidupan orang percaya. Tanpa pertolongan Tuhan kita tidak sanggup menjalaninya. Makanya prioritaskan hidup kita agar senantiasa berjalan di dalam kehendak Tuhan. Ada empat syarat agar kita selalu menjadi prioritas kita :

1. Kita tidak boleh mengabaikan hubungan kita dengan Allah. Jadi demi menjaga agar hubungan kita semakin dewasa dihadapan Tuhan maka kita perlu pengalaman dengan Tuhan. Maka untuk mendapatkan pengalaman itu maka kita perlu sungguh-sungguh belajar firman Tuhan, setelah itu kita perlu juga mengalami hubungan yang intim dengan-Nya dengan demikian maka kita dapat menceritakan kepada orang lain.

2. Kita tidak boleh mengabaikan keluarga. Hubungan dengan Allah tidak boleh menggantikan hubungan kita dnegan orang-orang beriman sekitarnya terutama keluarga. Lihatlah Musa, di saat sibuk dengan segala tugas, ia masih sempat bertemu dengan isteri dan anak-anak dan juga dengan mertuanya. “Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya. Orang itu murtad dan lebih buruk dari seorang beriman (1 Tim 5:8)

3. Kita tidak boleh mengabaikan tanggung-jawab pekerjaan kita. Di dalam Kolose 3:23, 24 rasul Paulus mengatakan “Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan baguimu sebagai upah“ Jadi fokus memusatkan perhatian kepada segala tugas dengan penuh tanggung–jawab sangat penting. Membaca Alkitab, melayani Tuhan itu penting bagi orang percaya, namun kalau pada saat jam kerja Anda membaca Alkitab dan melayani Tuhan; maka Anda telah melalaikan tanggung jawab sebagai orang percaya di tempat kerja.

4. Tidak menganggap remeh siapapun, baik dia orang yang lebih muda, maupun yang lebih tua, mereka yang lebih lemah atau bawahan. Mungkin bagi banyak ornag sang mertua itu orang kolot dan ketinggalan jaman, namun bagi Musa sang Musa sang penyelamat sebab idenya sangat cemerlang dan munculnya tanpa di duga. Jika tidak ada intervensi Tuhan, kita yakin semua ini tidak bakal terjadi. Lihatlah Tuhan Yesus, ia tetap menghargai semua orang, termasuk orang yang berdosa bahkan mereka yang memushi Dia. Lalau sebegai pengikut-Nya kita melakukan kesalahan yang besar bila kita menganggap remeh orang lain. Tuhan menciptakan semua manusia unik, mereka memiliki kelebihan tersendiri. Mari kita ambil kesempatan untuk melihat kelebihan orang lain, tinggalkan kebiasaan yang selalu menganggap rendah seseorang. Mungkin Anda saat ini yang akan dipakai Tuhan memberi ide cemerlang pada orang lain?

Selasa, 28 April 2009

HIDUP BAGI TUHAN

2 Korintus 5:13-21
Oleh: Saumiman Saud

“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (ay. 15)”

Salah satu alasan yang sangat akurat mengapa Kristus sengaja datang ke dunia dan mati untuk kita adalah , supaya kita yang hidup ini tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri lagi, tetapi justru hidup kita adalah untuk Dia yang telah mati dan dibangkitkan itu. Sejak umat manusia jatuh ke dalam dosa, keegoisan begitu menguasai kehidupan ini, sehingga apa pun yang kita kerjakan, selalu saja dikaitkan dengan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri. Termasuk juga yang berhubungan dengan apa yang kita kerjakan buat Tuhan kita.. Jika mendatangkan keuntungan maka kita akan mengerjakannya, namun kalau itu adalah proyek rugi silahkan tunggu dulu. Makanya jangan heran bila pekerjaan misi, apalagi itu mengharuskan seseorang masuk ke daerah terpencil atau bahaya; sangat jarang yang berani mengambil komitmen. Jikalau hanya sekadar perjalanan singkat masih okey, sebab kegiatan itu dianggap hanya sekadar rekreasi atau sedikit mencari pengalaman.

Konsekuensi hidup bagi Tuhan itu merupakan keharusan bagi orang percaya. Dan jika seorang anak Tuhan mau taat, ia harus mengalamai perubahan. Apa saja yang perlu diubah?

1. Perobahan Pemikiran

Rasul Paulus mengatakan dalam ayat 16 “Kami tidak lagi menilai seseorang jugapun menurut ukuran manusia” Selanjutnya “Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak menilainya demikian”

Pemikiran Paulus berubah total, tatkala di dalam pengalaman dirinya telah merasakan Kristus itu hidup. Bayangkan saja, tadinya hatinya menggebu-gebu untuk menghancurkan para pengikut Kristus. Paulus itu bukan orang sembarangan, sebagai seorang Farisi, ahli Taurat, gurunya adalah guru besar Gamaliel. Dalam Kisah Para Rasul 22:3 "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.

Siapa Gamaliel itu? Kisah Para Rasul 5:34 mencatat “Gamaliel seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak” Nah, orang yang ahli seperti Paulus ini pun dapat salah menilai, khususnya penilaiannya kepada Kristus.

Kadang di dalam kehidupan kita terdapat hal-hal yang demikian juga. Kita telah memprediksi seseorang terlebih dahulu, padahal kita belum menilainya. Oleh sebab itu, menurut Steven Covey dalam bukunya 7 Kebiasaan Yang Paling Efektif mencatat bahwa paradigma kita harus berubah, Ia mengisahkan dalam perjalanan pulang melalui sebuah kereta api. Dua anak bersama ayahnya kedua anak ini selalu main-main, kadang-kadang mendekat ke arah Steven. Makin lama lama menarik-narik korannya. Steven merasa jengkel, mengapa sang ayah diam aja. Akhirnya dia tidak sabar lagi, Steven berdiri mendekat ke arah ayah anak itu dan berkata. Apakah kamu tidak melihat tingkah laku anakmu itu? Sang ayah hanya menatap hampa ke arah Steven, lalu berkata dengan nada rendah maafkan saya, saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa? Dua jam lalu, kami mendapat interlokal, bahwa isteri yakni ibu dari kedua anakku ini meninggal dalam sebuah kecelakaan, saat ini kami menuju ke sana untuk
mengurus jenazahnya. Ketika Steven mendengar itu langsung berubah konsep pikirannya. Ketika anak-anak itu menggangu dia baca Koran, ia membiarkan saja; ia telah menyelami perasaan mereka.

Bagaimana dengan kita? Terlalu sering kita menilai orang lain dengan nilai sumbang? Apalagi orang tersebut pernah merugikan kita? Terlebih-lebih pernah menyakiti kita. Seakan-akan bagi kita orang itu tidak pernah ada benarnya lagi? Pada waktu kita masih berteman, orangnya kita puji, namun sekarang ada perselisihan, ada salah paham, kita membencinya, kadang juga mencemoohnya habis-habisan. Saya pikir sudah saatnya kita mengubah pemikiran ini, jika benar-benar kita mengaku Yesus telah mati untuk kita. Namun apabila Yesus memang belum mati untuk kita maka tidak heran kalau kita tetap berbuat demikian.

2. Perobahan Diri

Kita lanjutkan pada ayat 17, “jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” Perubahan diri di sini saya sinonimkan dengan ciptaan baru. Kita semua suka yang baru, tahun baru, baju baru, rumah baru, mobil baru. Semua yang baru. Sejorok-joroknya kita, kalau anda yang baca tidak mau diikut sertakan maka saya ulangi kalimat ini, sejorok-joroknya saya, maka saya pasti pingin kalau diri saya bersih, termasuk rumah dan mobil baru itu.

Beberapa minggu lalu saya sempat ngobrol-ngobrol dengan seorang kawan, dalam pembicaraan itu kira-kira demikian. Saya katakan padanya, saya mau ganti mobil nich, lalu dia katakan, ganti dong. Kemuadian dia menyelutuk, masak pendeta besar (baca: tubunya besar) mobilnya butut? Wah, hampir sakit hati saya, tetapi tidak jadi. Saya ingat bahwa hidup ini bukan untuk diriku lagi, ayat 16. Saya hanya jawab begini, saya udah siap ganti mobil, cuma uanngnya saja yang belum siap. Ceritanya belum habis, saya lanjutin lagi ngobrol tentang masalah mobil. Kawan yang lain bilang, kalau punya uang pun, jika mau beli mobil, tetap saya tidak mau beli yang baru? Loh kenapa, saya bertanya? Dia katakan, kalau beli mobil baru, akan tambah beban saja, pertama biaya perawatan mahal, asuransi mahal, pajak mahal, sudah itu jika menyetir tidak dapat santai dan tidak nyaman, harus super hati-hati. Kena senggol sedikit, maka sakit hati sekali. Lalu anak-anak juga sering menjadi
jadi korban kemarahan. Sedikit makanan tumpah atau minuman, kita juga menjadi emosi. Mobil baru saja kita jaga dengan super ketat. Lalu saya coba bandingkan berpikir benar juga, kita ini adalah ciptaan baru maka seharusnya kita berusaha menjaganya dengan lebih baik. Tidak lagi mengotori, dan ada perubahan yang nyata.

3. Perobahan Status

Apabila ada perselisihan, maka kehidupan kita sedikit banyak akan terganggu.. Konsentrasi kita akan bercabang, hati kita galau, pikiran menjadi tidak menentu. Saat-saat yang paling sulit dalam hidup ini adalah tatkala masalah itu datang menyerang dan bertubi-tubi. Kehidupan Paulus itu demikian, sebelum ia bertemu dengan Tuhan Yesus hatinya menggebu-gebu penuh dendam keinginannya hanya menghancurkan, membunuh dan membasmi. Itu sebabnya ia tidak merasa bersalah walaupun menyaksikan orang-orang melempari Stefanus, hingga mati. Meskipun ia tidak ikut melemparinya namun ia memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang yang menganiaya Stefanus dan setuju bahwa Stefanus harus dihukum mati.

Kehidupan yang kacau demikian pasti akan berlangsung terus-menerus jika Paulus itu tidak bertemu Yesus. Makanya walaupun ia harus buta selama 3 hari, namun pertemuannya dengan Yesus membawa suatu kedamaian. Kedamaian yang nyata, mengapa? Karena Tuhan Yesus memang telah memperdamaikan Paulus dan kita dengan Tuhan di atas kayu salib. Tadinya tatkala kita dikuasai dosa, kita adalah seteru Yesus, namun saat ini ketika kita mengalami kasih Tuhan maka kita telah diperdamaikan. Nah kepada orang-orang yang telah diperdamaikan itu mereka dipercayakan menyampaikan berita perdamaian. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita kerjakan tugas yang mulia ini?

Memang ada orang mengeluh, mereka berkata bahwa hidupnya susah berubah. Maka doanya agar Tuhan jangan menuntutnya berobah secepatnya. Orang tersebut datang kepada seorang Profesor. Drummond sang professor itu bercerita bahwa seseorang yang datang dan berkata ingin menjadi orang Kristen.

"Itu bagus kawan, tetapi ada masalah apa?” Ia tampak ragu-ragu tetapi akhirnya ia berkata, ”Saya telah menggelapkan uang perusahaan.” “Berarti Anda telah mencuri. Berapa banyak?” “Saya lupa.” ”Apakah 1500 dolar?” “Ya saya kira sejumlah itu.” ”Sekarang begini kawan. Saya tidak yakin sesuatu bisa berubah dengan sekejap. Berjanjilah untuk tidak mengambil lebih dari 1000 dolar tahun ini, dan tahun depan jangan mengambil lebih dari 500 dolar. Dan setelah beberapa tahun Anda tidak mencuri satu sen pun. Bila ketahuan oleh majikan Anda katakan Anda sedang dalam proses menjadi Kristen, dan secara bertahap sedang membiasakan diri tidak mencuri.”

Oh, itu suatu penyesatan yang sempurna. Alkitab mengatakan, “Barang siapa yang mencuri, jangan mencuri lagi.” Ini cukup jelas. Ambil contoh yang lain. Datanglah seseorang yang mengakui bahwa ia mabuk dan memukul isterinya setiap minggu dan ia ingin menjadi Kristen. Akankah saya menasehatkan, ”Jangan terburu-buru. Saya percaya segala sesuatu berjalan secara bertahap. Mulai sekarang janganlah mabuk dan memukul isteri Anda lebih dari sebulan sekali.” Sekali setiap bulan, berarti dua belas kali setiap tahun. Apakah isteri orang itu cukup bergembira bila suaminya berubah menjadi Kristen dengan cara itu? Perubahan itu harus segera, saat ini juga.

Kehidupan orang Kristen yang sejati bukan diukur dari seberapa kita berani mati, kalau tuntutan dunia sering demikian. Jika mau mati bagi Kristus sangat gampang, datang saja ke Negara komunis, lalu kabarkan Yesus secara terang-terangan, maka anda segera ditangkap dan dibunuh. Itu namanya mati, tapi mati konyol. Justru orang Kristen dituntut untuk berani hidup. Hidup itu penuh tantangan, itu sebabnya orang-orang yang Hidup bagi Kristus tantangannya lebih besar. Jadi jangan kita berpikir bahwa untuk hidup bagi Tuhan itu sangat gampang. Memang pada saat pertama kita mendengar para pendeta sering berkata, percaya kepada Tuhan Yesus, maka engkau selamat. Hal ini tidak salah, tetapi itu merupakan orang percaya play-group. Orang percaya yang sejati tentu merindukan kenaikan kelas, percaya Tuhan Yesus mendapatkan keselamatan ditambah rajin beribadah, rajin melayani, suka mengampuni, suka mengasihi, giat mengabarkan Injil, rindu mendukung pekerjaan Tuhan, ikut
terlibat dalam pelayanan, dan seterusnya. Permisi tanya, saat ini anda berada pada posisi yang mana? Sebelum ada perubahan yang total itu, jangan sekali-kali berani berkata bahwa kita sudah Hidup Bagi Tuhan.

Senin, 27 April 2009

MENGAPA KITA MESTI MENGUCAP SYUKUR?

MENGAPA KITA MESTI MENGUCAP SYUKUR?
Oleh: Saumiman Saud

"Aku hendak bersyukur kepadaMu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan namaMu untuk selama-lamanya. " Mazmur 86:12

Ada pepatah mengatakan bahwa hidup manusia itu ibarat sebuah roda yang senantiasa berputar, kadang kita berada pada posisi atas, dan kadang kita berada pada posisi yang bawah. Dengan demikian maka, hidup itu penuh dengan berbagai perubahan, ada kala kita mengalami kesuksesan besar, namun ada kalanya kita mengalami kegagalan besar. Ada saatnya hidup kita begitu mantap, namun tiba-tiba kita bisa saja menjadi goyah. Pada saat sukses, rasanya gampang untuk bersyukur kepada Tuhan, namun pada saat gagal, kita akan merasa sulit mengucap syukur pada Tuhan. Rasul Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:18 mengatakan "Dalam segala keadaan hendaklah kalian bersyukur, sebab itulah yang Allah inginkan dari kalian sebagai orang yang hidup bersatu dengan Kristus Yesus."

Kadang timbul pertanyaan dalam benak hati kita, mengapa kita sulit mengucap syukur kepada Tuhan? Mengapa justru hanya komplain yang keluar dari mulut kita? Saya tidak tahu mulai pagi ini hingga saat ini ini sudah berapa kali anda komplain? Mari kita lihat suatu komplain yang dilakukan oleh isteri Ayub, baca Ayub 2:9-10 "Istrinya berkata kepadanya, "Mana bisa engkau masih tetap setia kepada Allah? Ayo, kutukilah Dia, lalu matilah!" Jawab Ayub, "Kaubicara seperti orang dungu! Masakan kita hanya mau menerima apa yang baik dari Allah, sedangkan yang tidak baik kita tolak?" Jadi, meskipun Ayub mengalami segala musibah itu, ia tidak mengucapkan kata-kata yang melawan Allah. (IBIS)

Kembali kepada pertanyaan kita, mengapa kita mesti mengucap syukur? Kita akan coba lihat tiga alasannya hari ini:

1. Karena syukur membawa kehidupan lebih dinamis

Keluhan, omelan, protes dan sebagainya merupakan suatu kemacetan atau kemandekan dalam hidup kita, sebab tatkala kita mengeluh; kita berada pada posisi stagnasi. Sedangkan ucapan syukur merupakan suatu posisi yang dinamis, semakin kita bersyukur maka semakin kita beriman, dan dekat serta takut akan Tuhan, semakin menuju sempurna.

Para ahli bisnis mengajarkan tiga kata ajaib mewujudkan kehidupan kerja yang lebih dinamis, misalnya kata "I respect you" "I appreciate you" dan "I agree with you." Ketiga kata ini diyakini akan mengubah kehidupan kerja seseorang menjadi lebih dinamis, ketimbang kata-kata yang mencemooh, menghina dan menghakimi. Sedangkan para ahli komunikasi mengatakan bahwa ada tiga kata ajaib yang mampu membangun hubungan baik antar manusia (the three magic words), yaitu terima kasih (thank you), maaf (sorry), dan tolong (please). Dari ketiga kata tersebut, yang memiliki kekuatan terbesar ternyata kata "terima kasih".

Ungkapan terima kasih sesungguhnya didasari pada rasa syukur kepada Tuhan Yang Kuasa atas rahmat-Nya kepada seseorang. Dia telah menggunakan orang lain untuk menolong seseorang melakukan sesuatu atau memberi sesuatu. Tatapan mata yang lembut yang disertai senyum dan jabat tangan erat sambil menyampaikan terima kasih, memiliki kekuatan yang luar biasa bagi orang yang menerimanya untuk berbuat lebih baik lagi. Ungkapan terima kasih yang tulus dan antusias akan mendorong orang untuk semakin banyak memberi dan melayani orang lain.

Untuk ungkapan "terima kasih", rupanya bahasa Indonesia telah memakai kata yang sangat kristianai, yakni kata "terima" dan "kasih". Sedangkan dalam bahasa Latin, yaitu antara kata think (berpikir) dan thank (berterima kasih). Seseorang hanya mampu berterima kasih dan mengungkapkannya dengan tulus ketika dia bisa berpikir bahwa apa yang diterimanya saat ini adalah atas pertolongan orang lain. Oleh karena itu, dia wajib berterima kasih. Tanpa adanya pemikiran bahwa apa yang diterimanya merupakan pemberian orang lain, mustahil dia mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan tulus. Terlepas dari apa motivasi seseorang memberikan sesuatu atau menolong kita, sudah selayaknya ungkapan terima kasih disampaikan dengan tulus. Justru melalui ketulusan dalam mengungkapkan rasa terima kasih ini, perlahan-lahan akan memurnikan motivasi dalam membangun kebersamaan. .

2. Karena berkat itu adalah Anugerah

Coba kita perhatikan pertanyaan Tuhan Yesus pada ayat berikut ini? Luk 17:18 ”Mengapa hanya orang asing ini yang kembali mengucap terima kasih kepada Allah?” Penulis Lukas ingin mengatakan kepada kita seakan-akan Yesus komplain? Yang sembilan orang itu ke mana? Mengapa orang-orang Yahudi tidak kembali? Apakah mereka tidak merasa ditolong oleh Yesus? Apakah mereka yang tidak kembali ibarat orang yang tidak punya hati untuk berterima kasih?

Ceritanya begini, ada sepuluh orang yang sakit kusta, mereka bertemu Tuhan Yesus dan minta disembuhkan. Lalu Tuhan Yesus meminta mereka pergi menghadap imam-imam, namun di tengah perjalanan penyakit kusta mereka menjadi tahir. Dari sepuluh orang kusta yang telah tahir itu, yang kembali datang kepada Tuhan Yesus dan mengucapkan terima kasih hanya satu orang, itupun dia bukan orang Yahudi, melainkan orang Samaria. Sewaktu saya kuliah di Seminari, tatkala membahas ayat ini, ada satu teman memprotes; mengapa Tuhan Yesus mempertanyakan sembilan orang yang lain? Bukankah Yesus sendiri yang menyuruh mereka bertemu imam-imam?

Kadang di gereja kita mendegar keluhan-keluhan dari orang-orang percaya yang lagi mengalami kesusahan dan kita senantiasa diminta mendukungnya dalam doa dan bahkan juga dana. Kita seakan-akan diajak harus dan wajib turut merasakan begitu dalamnya penderitaannya. Namun setelah ombak kehidupannya lewat, berita dari orang tersebut tidak ada lagi, lenyap begitu saja. Bahkan mendadak ada berita bahwa orang tersebut sudah berbahagia, bahkan sudah menikah dan sukses. Sebagai umat Tuhan kita bukannya komplain dan merasa iri akan hal ini, namun bagi orang tersebut, ia seakan-akan berpikir bahwa gereja, hamba Tuhan dan anggota lainya berkewajiban mengurusnya kalau ia lagi susah. Lalu setelah kesusahannya lenyap, sayonara gereja.

Mungkin orang Yahudi juga hampir sama saja. Mereka melihat bahwa Yesus diutus untuk bangsa Yahudi, maka ketika Dia menyembuhkannya, itu sudah sebuah tindakan wajar dan wajib. Jadi tidak perlu kembali dan terima kasih. Itu sudah merupakan tugas Yesus untuk menolong mereka. Justru tidak wajar kalau Yesus tidak turun tangan menolong orang-orang itu. Sering orang melihat sesuatu dianggap wajar saja. Kalau Allah memberi nafas setiap hari, memberi keselamatan setiap hari, memberi pekerjaan setiap hari dan sebagainya, itu hal yang wajar. Allah itu seharusnya memang berbuat begitu. Kalau Allah memberikan petaka, bencana, dan hal negatif lainnya, maka ini perlu dipersoalkan.

Seandainya kita memberi posisi diri sebagai orang Samaria, yang senantiasa merasa dia tidak pantas dibantu, sebab keselamatan bukan untuk mereka sebagai warga kelas dua di daerah Yahudi. Bukan hanya sebagai orang Samaria, tetapi juga orang Samaria yang kena penyakit kusta yang harus jauh dari masyarakat, maka orang akan mudah mengucap bersyukur. Betapa dia yang tidak pantas ini diberi anugerah yang tidak terduga dari seorang yang sangat hebat dan terhormat. Kesadaran ini membuatnya datang kembali untuk bersyukur dan menyembah Yesus.

Jika hari ini kita sulit mengucap syukur, mungkin sudah saatnya kita berdoa kepada Tuhan agar kita diberikan persolan yang rumit, sakit-penyakit atau kehilangan pekerjaan; supaya kita boleh merasakan betapa besar anugerah Tuhan yang sesungguhnya kita dapatkan hari ini. Kadang tanpa kita sadari, tatkala pekerjaan menumpuk dan kita merasa capek, hal ini membuat kita jauh dari Tuhan.

Saya sempat bertanya pada salah satu pemuda kenapa dia tidak ke gereja hari Minggu? Jawabannya, malas, sibuk, banyak tugas kuliah dan capek. Dalam hati saya ingin berkata padanya, kalau gara-gara kuliah, kita capek lalu jauh dari Tuhan; mungkin sudah saatnya kita minta cuti dari kuliah, supaya kita tidak capek dan bisa dekat kepada Tuhan. Demikian juga mereka yang sibuk dengan pekerjaan, usaha dan sebagainya, jika karena hal-hal itu membuat anda terhalang datang kepada Tuhan, maka lebih baik minta Tuhan ambil kembali berkat tersebut, supaya kita lebih leluasa dan tidak ada halangan datang pada Tuhan.

3. Karena rancangan Tuhan selalu baik

Kita keliru bila mengukur kasih Allah dengan ritual yang kita lakukan. Jangan kita mengira karena kita sudah rajin ke gereja, rajin baca Alkitab, setia memberi persembahan perpuluhan, dan taat firman Tuhan, maka secara otomatis hidup kita sudah lancar dan sukses. Itu teologi kemakmuran. Taat pada firman Tuhan bukan ucapan syukur, sebab ucapan syukur merupakan buah-buah ketaatan yang kelihatan.

Coba lihat Ayub, adakah di antara kita yang dapat mengalahkan kerohanian Ayub? Alkitab mencatat bahwa ia orang yang saleh, jujur, orang yang taat pada Tuhan. Setiap pagi dia senantiasa datang pada Tuhan. Namun kenyataannya yang kita lihat adalah, orang semacam ini pun tidak luput dari penderitaan. Harta kekayaannya lenyap, bahkan ia harus menderita sakit. Yang menarik dari Ayub adalah tatkala ia berada dalam kondisi demikian pun, ia tidak pernah mempersalahkan Allah, artinya ia tidak pernah komplain. Baca Ayub 1:21, Ayub berkata, "Aku dilahirkan tanpa apa-apa, dan aku akan mati tanpa apa-apa juga. TUHAN telah memberikan dan TUHAN pula telah mengambil. Terpujilah nama-Nya!"

Bukankah kita dilahirkan di dunia ini tidak membawa apa-apa? Kalau dibandingkan dengan saat ini, pakaian, pengetahuan, pekerjaan, keluarga dan bahkan harta kekayaan yang kita miliki, bukankah seharusnya kita mengucap syukur? Apakah kita menganggap ini sebagai hal yang wajar, sebab kita yang berjuang kerja sendiri, belajar mati-matian, dan usaha sekeras-kerasnya; jadi wajar kalau kita memiliki segala-galanya? Jika ini merupakan pikiran kita, maka ini sekaligus kekeliruan kita.

Tuhan tidak sedang berbasa-basi supaya kita mengucap syukur dalam segala keadaan. Tetapi Tuhan itu serius terhadap kita, sebab rancangannya selalu yang terbaik. Kadang kita berpikir mengapa Tuhan itu menempatkan orang-orang yang sulit dalam team kerja kita? Gara-gara mereka pekerjaan kita menjadi tidak lancar? Mengapa ada atasan yang berlaku tidak adil? Mengapa ada pimpinan yang suka menekan bawahan? Mengapa dan banyak mengapa? Namun kita harus bijak, sesungguhnya Tuhan menempatkan kita di tengah-tengah serigala ini justru melatih kita,.

Jika kita ingin belajar sabar, maka kita perlu bergabung dengan orang-orang yang sukar. Justru kalau kita berhadapan dengan orang-orang yang suci, suka memaafkan, suka mengampuni dan baik hati, maka sulit bagi kita melatih kesabaran; justru kebalikannya, orang-orang lain yang barangkali harus bersabar terhadap kita.

Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sedangkan Pengkotbah 3:11 mengatakan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." Janji-janji Tuhan di dalam kedua ayat inilah yang membuat kita sebagai anak-anak Tuhan tidak ada alasan untuk tidak mengucap syukur. (ss)

KETANGGUHAN ORANG PERCAYA

(Daniel 1:1-8, Dan 5 & 6 , Mat 4:1-11)
Oleh: Saumiman Saud

Kegoncangan iman akan terjadi dalam hidup kita apabila secara bertubi-tubi kita diperhadapkan dengan berbagai masalah, persoalan, tekanan dan sakit-penyakit. Bagi mereka yang tidak kuat, maka kegoyahan dalam hidupnya akan terjadi. Bahkan kalau tidak hati-hati akan terjatuh. Namun bagi orang yang menyerahkan seratus persen hidupnya kepada Tuhan sebagai Penopang, justru menganggap goncangan ini sebagai suatu ujian dan latihan menuju hidup yang berkemenangan.

Di dunia modern ini, kegoncangan yang muncul dapat terjadi dari berbagai sudut. Mulai dari mainan anak-anak, film cartoon, buku bacaan (novel), televisi, kebiasaan-kebiasaan , sakit-penyakit dan berbagai masalah. Bagaimana caranya kita menghadapi semua ini? Apakah diam saja? Cuek!

Mari kita coba telusuri dari seorang tokoh yang bernama Daniel. Siapa Daniel ini? Ia adalah seorang nabi Allah yang beberapa ribu tahun lalu hidup dalam pembuangan di Babel. Daniel ini pula yang telah menetapkan standard hidupnya untuk takut akan Tuhan. Apakah di dalam menjalankan hidup ini Daniel tidak menghadapi kesulitan? Tantangan apa yang dihadapinya sehingga membuatnya tangguh?

I . Meja Perjamuan Raja Nebukadnezar

Di dalam Daniel 1:1 menceritakan bahwa Raja Yoyakim, raja Yehuda dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Itu sebabnya perkakas-perkakas Bait Allah juga direbut dan dipakai oleh raja Nebukadnezar untuk perkakas di rumah dewanya. Bersamaan dengan itu dipilih orang-orang muda, kaum bangsawan Israel. Mereka yang tidak bercacat-cela, baik, berhikmat, cakap (pintar) untuk diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim. Raja juga menetapkan bagi mereka suguhan pelabur, yakni santapan raja sebagai makanan mereka. Selama tiga tahun mereka akan digembleng tentang berbagai konsep tentang Babel, bahkan nama-nama mereka juga diubah. Dengan demikian setelah itu diharapkan orang-orang Isreal akan melupakan ke-Israelannya.

Menerima santapan raja itu berarti suatu penghargaan yang tertinggi dan makanan ini sudah tentu yang paling enak dan terbaik dari seluruh Babel dan sebaliknya. Apabila menolak santapan raja, itu berarti tidak taat pada raja. Pada jaman itu orang yang tidak taat akan mendapat hukuman yang berat, itu sebabnya Aspenas merasa takut. (lihat Daniel 1:10)

Mengapa Daniel menolak makanan itu? Sebenarnya semua makanan di Babel itu najis menurut ketentuan Allah (bnd Yehezkial 4:13 rotinya najis, Hosea 9:3,4 “Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis. Mereka tidak akan mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN” Jadi kalau Daniel bertekad menolak makanan itu bukan sekadar makanan itu najis, namun lebih dari itu karena makanan ini adalah hidangan bagi raja dan diperkirakan sudah dipersembahkan kepada dewa terlebih dahulu. Menerima makanan raja juga berarti berhutang budi dan harus taaat dan setia pada raja. Daniel menolak segala yang segala yang diharapkan dan
kesempatan orang dunia, bukan karena Daniel itu sedang stress atau sakit jiwa. Tetapi karena Daniel sungguh-sungguh mencintai Tuhan, dan ia hanya mau taat kepada Tuhan saja.

Pengalaman hidup kita mungkin berbeda dengan Daniel, sebab kita tidak disajikan makanan yang dipersembahan kepada dewa (berhala). Namun jangan lupa, di jaman modern ini kita memiliki tantangan dalam bentuk lain. Bisa saja berupa menonton Televisi yang over dosis. Tidak jarang film telenovela Mexico dan drama Korea menyerap waktu kita berjam-jam, bukan hanya itu , film ini juga menghabiskan air mata Anda. Pesta-pesta, mobil mewah dan segala harta kekayaan juga menyerap waktu dan pikiran kita. Kita terbuai dengan semua itu dan bila tidak bijaksana dan hati-hati maka perlahan-perlahan kehidupan kita terserap ke arah sana. Sehingga walaupun kita pernah mengaku diri sebagai orang percaya, namun hidup kita telah diubah kembali, tidak seperti orang percaya.

Baru-baru ini saya bertanya pada salah seorang pemuda di gereja mengapa ia tidak ke gereja belakangan ini. Lalu ia menjawab bahwa dua minggu lalu orang tuanya merayakan HUT pernikahan, sehingga tidak dapat hadir, padahal orangtuanya juga orang percaya. Lalu saya bertanya lagi, kan minggu lalu Anda juga tidak hadir ke gereja? Jawabnya minggu lalu ibu ulang tahun. Nah, sebagai orang percaya yang sejati, seharusnya kita tahu jelas mana yang merupakan primer dan sekunder. Yang mana yang harus didahulukan dan yang mana harus dinomerduakan atau selanjutnya. Orang Kristen yang sejati tidak dapat menawar-nawar lagi, Tuhan harus dinomersatukan. Daniel telah mempraktekkannya, ia telah mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya, termasuk terhadap sajian makanan yang paling enak di dunia.

II . Janji di malam Pesta Raja Belsyazar

Daniel 5 mencatat bahwa raja Belsyazar mengadakan pesta, para pembesar diundang menghadirinya. Dicatat bahwa yang hadir pada saat itu seribu orang. Ayat 2 terlihat perbuatan hujat dari Belsyazar. Dalam keadaan mabuk ia menitahkan orang-orangnya untuk membawa perkakas Bait Allah yang diambil ayahnya Nebukadnezar untuk mengisi minuman agar para pembesar, isteri dan gundik-gundiknya minum dari perkakas itu. Kurang ajar sekali bukan?

Pada saat itu tampak jari-jari tangan manusia pada kapur dinding istana raja di depan kaki dian (ay 5). Melihat kejadian ini maka raja menjadi pucat, pikiran gelisah, sendi-sendi pangkal pahanya lemas dan lututnya berantukan (ay 6). Kemungkinan besar tempat duduk raja Belsyazar tidak jauh dari kaki dian, karena biasanya para pembesar duduk dekat tempat terang semacam podium begitu. Dengan demikian maka tulisan itu dan tangan yang menulisnya dapat dilihat jelas sekali.

Orang-orang berhikmat yang hadir di sana tidak satupun yang dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu (ay 8). Itu sebabnya raja Belsyazar menjadi takut dan sangat cemas. Ia juga menjadi pucat, diikuti oleh para pembesar yang terperanjat.

Coba perhatikan, ternyata Daniel tidak hadir di sana. Seorang tokoh rohani sejati seperti dia harus berani tampil beda. Tatkala orang-orang lagi santai berpesta pora, ia harus berani menolaknya, karena ada tugas yang lebih penting yang harus dikerjakan untuk Tuhan. Ia harus senantiasa menyediakan waktu mengutamakan Tuhan. Beda dengan kebanyakan umat Tuhan masa kini. Kadang di gereja sudah memprogramkan acara jauh-jauh hari, masih saja ada umat Tuhan lebih suka memilih acara sekulernya sendiri. Daniel bahkan tidak segan-segan menolak hadiah yang diharapkan banyak orang, yakni kekuasaan yang ditawarkan sebagai hadiah baginya bila dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu.

“Tahanlah hadiahmu, berikanlah kepada orang lain” (ay 17) demikian kata Daniel. Hari ini tidak banyak orang yang sanggup berkata seperti Daniel. Bahkan orang percaya sekalipun, kalau sudah berbicara soal uang, tidak ada yang namanya saudara kandung; malah ada orang tua dan anak saling bertengkar dan memutuskan hubungan persaudaraan hanya gara-gara masalah ini.

Dari berbagai penjelasan Daniel disimpulkan bahwa , Belsyazar telah meninggikan diri terhadap yang berkuasa di sorga. Perkakas dari Bait-Nya telah dipermainkan. Itu sebabnya “mene, mene, tekel ufarsin” demikian tulisan di dinding terbaca (ay 25). Yang artinya “mene” masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, “tekel” tuanku ditimbang dan kedapatan begitu ringan, “peres” kerajaan Babel akan pecah dan diberikan kepada orang Media-Persia. Inilah hasil uraian yang disampaikan Daniel. Raja merasa puas, dan Daniel diangkat menjadi orang ke tiga di sana. Sementara Belsyazar seketika juga meninggal dunia.

Tuhan itu maha penyabar dan penyayang, hingga hari ini Dia masih sabar terhadap kita sekalian. Walaupun kadang kala kita melakukan segala sesuatu yang mencoba untuk menantang kesabaran-Nya. Namun kita perlu hati-hati dan waspada, kita tidak tahu kapan Tuhan berhenti dari kesabaran-Nya?

III. Gua Singa Raja Darius

Kali ini Daniel tidak menghadapi masalah atau kehidupan pribadi. Namun musuh-musuhnya justru coba mengusik segi kehidupan rohaninya, yakni kehidupan doa.

Hidup manusia memang unik dan antik. Apabila ia kaya maka banyak yang iri hari, sebaliknya bila ia miskin maka yang diterima hanya hinaan. Bila berkedudukan, maka orang-orang merasa cemburu padanya, namun bila tidak berpangkat bahkan memandang pun orang tidak mau. Saat ini Daniel adalah orang yang berpangkat, bahkan karena kelebihannya maka ia diangkat lebih tinggi di atas para pembesar yang ada (Dan 6:4) Itu sebabnya tentu timbul kecemburuan dari setiap rekan-rekan pejabat lainnya. Mereka berusaha mencari kesalahan Daniel, namun tidak diketemukan. Satu-satunya yang dapat dianggap kesalahan karena Daniel beribadah kepada Allah. Setiap hari, tiga kali Daniel berdoa kepada Tuhan.

Kesempatan ini dipakai oleh para pembesar lainnya untuk menjebak Daniel. Mereka datang kepada Raja Darius dengan mengiming-imingkan penghormatan tertinggi baginya. Secara manusia tentu raja Darius merasa terhormat sebab mereka menghendaki seluruh rakyat termasuk pejabat selama 30 hari berturut-turut tidak boleh menyembah kepada dewa apapun, kecuali menghormati dan menyembahnya. Siapa saja yang kedapatan tidak mengikuti peraturan ini, akan dimasukkan ke dalam gua singa yang sudah disediakan.

Walaupun demikian, oleh keteguhan Daniel maka ia tetap saja pada pendiriannya. Tiga kali sehari ia tetap berdoa pada Allah. Oleh sebab itu maka para pembesar lainnya, melaporkan masalah ini kepada raja Darius, sehingga ia dimasukkan ke dalam gua singa. Namun heran sekali, Daniel yang berada di dalam gua singa, malah tidak diusik oleh singa itu, tetapi Raja Darius yang berada di istana justru tidak dapat tidur nyenyak. Pagi-pagi ia sudah bangun, untuk memastikan bahwa Daniel yang dikasihinya itu diselamatkan oleh Tuhan Allah yang disembahnya. Karena Daniel selamat, maka sebagai gantinya orang-orang yang menghasut Daniel itu yang dimasukkan ke dalam gua singa. Alkitab mencatat, belum saja mereka dimasukkan, para singa sudah siap menerkam.

Jaman ini kita tidak mendapat ancaman gua singa itu. Namun kadang-kadang gua singa kita bisa muncul dalam bentuk lain. Kesibukan sehari-hari dapat saja menyerang kerohanian kita. Kesuksesan dan bahkan kesibukan dalam pelayanan juga dapat menyita waktu kita menjadi jauh dari Tuhan. Jangan pikir kalau orang percaya itu sibuk melayani di gereja sudah dipastikan bahwa kerohaniannya baik? Belum tentu. Jangan-jangan justru ia yang paling jauh dari Tuhan. Daniel tangguh, bahkan gua singa pun tidak dapat menggoyahkan kerohaniannya.

Apa yang dialami Daniel juga persis dialami Tuhan Yesus tatkala menghadapi pencobaan iblis di padang gurun. Pencobaan berupa makanan, iblis mengatakan jadikanlah batu menjadi roti. Yesus dicobai tepat pada waktunya, karena saat itu memang Yesus lagi lapar, karena berpuasa selama empat puluh hari. Pencobaan kedua berupa kekuasaan, iblis berkata jatuhkanlah tubuh-Mu dari bubungan Bait Allah. Dan yang ketiga pencobaan akan kerohanian Tuhan Yesus, si iblis minta supaya Tuhan Yesus menyembahnya. Begitu beraninya iblis itu, namun Tuhan Yesus menjawab, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engakau berbakti!” (Mat 4:1-11) Yesus menang, ia tetap teguh dan tangguh. Bagaimana dengan kita sekalian? Apakah kita juga memiliki ketangguhan tatkala menghadapi berbagai malalah dan kesulitan di dunia ini? Tuhan Yesus menang, Daniel menang, dan kita harus menang juga.

Kesembuhan karena Anugerah


Mana ada orang sakit yang tidak ingin sembuh. Semua orang mau sembuh. Pulih, sembuh dan sehat adalah kebutuhan mendasar.

Oleh sebab itu, selama tiga tahun penuh Kristus menyembuhkan banyak orang. Namun kita keliru kalau beranggapan bahwa tujuan kedatangan Kristus adalah untuk menyembuhkan orang sakit. Bukan itu tujuan misi-Nya. Pernah pada suatu pagi Kistus diberitahukan oleh para murid bahwa sudah ada banyak orang berkmpul untuk minta disembuhkan. Apakah Kristus memenuhi permintaan itu? Tidak. Bahkan, menjumpai mereka pun tidak. Kristus menjawab,”Marilah kita pergi ke tempat lan, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” [Markus 1:32-38]
Tujuan kedatangan Kristus adalah untuk memberitakan Injl.

Kalau begitu, mengapa Kristus menyembuhkan banyak orang? Kita keliru kalau mengira bahwa Kristus menyembuhkan karena orang-orang itu beriman dan minta disembuhkan.

Memang, ada beberapa kasus di mana orang yang disembuhkan tu beriman. Misalnya, kepada oran kusta yan baru disembuhkan Kristus bekata,”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” [Lukas 17:19].. Contoh lain, Kristus bertanya kepada dua orang buta,”Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya? Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kam percaya.” Lalu Yesus menjamah mata meeka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” [Matius 9:28-29]. Contoh berikut, Kristus berkata kepada seorang ayah, “jangan takut, percaya saja!” [Markus 5:36].

Tetapi sebaliknya pun ada, yaitu ada beberapa kasus di mana orang yang disembuhkan itu sama sekali tidak beriman. Misalnya, orang yang disembuhkan setelah tiga puluh delapan tahun sakit, sama sekali tidak percaya kepada Kristus, bahkan nama Kristus pun ia sama sekali tidak tahu. Ketika orang itu ditanya siapa yang telah menyembuhkannya, ia tidak bisa menjawab. Tertulis, “Tetapi orang yang baru disembuhkan itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.” [Yohanes 5:13]. Contoh lain adalah penyembuhan seorang ibu yang telah delapan belas tahun tidak bisa berdiri tegak yang dicatat di Lukas 13:10-13. Contoh berikut adalah penyembuhan sepuluh orang kusta. Agaknya sembilan dari sepuluh orang kusta itu tidak tahu apa-apa tentang iman, bahkan ketika sudah sembuh mereka sama sekali tidak berterima kasih kepada Kristus [Lukas 17:11-19].

Jadi, ada kasus penyembuhan dengan iman, namun sebaliknya ada pula kasus penyembuhan tanpa iman. Kalau begitu, apa sebabnya Kristus menyembuhkan orang sakit? Ada dua penyebab yang ditulis Alkitab.

Penyebab pertama, terdapat dalam ucapan Kristus kepada para murid sebagai berikut: “Pergilah dan beritakanlah, Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit…” [Matius 10:8]. Ia juga berkata,”Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” [Lukas 11:20]. Jadi, Kristus menyembuhkan orang sakit dan melakukan mujizat lain untuk memperkuat berita Injil tentang datangnya Kerajaan Allah. Kristus menyembuhkan orang sakit sebagai tanda datangnya sebuah zaman baru, yaitu zaman kedatangan Kristus.

Penyebab kedua, dan ini penyebab yang lebih langgeng. Tedapat sejumlah ayat yang mencatat bahwa Kristus menyembuhkan karena belas kasihan. Misalnya, “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeaklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.” [Matius 14:14]. Contoh lain, “Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.” [Matius 20:34]. Contoh berikutnya, “Maka tergeraklah hati-Na oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” [Markus 1:41].
Kristus menyembuhkan karena belas kasihan lalu Ia memberikan kesembuhan sebagai anugerah.

Jadi, kita boleh menyimpulkan bahwa Kristus menyembuhkan karena anugerah. Orang-orang sakit itu disembuhkan bukan karena prestasi iman mereka atau prestasi doa mereka, melainkan semata-mata karena anugerah Tuhan.

Apa itu anugerah? Anugerah adalah pemberian yang kita terima bukan karena kita berhak menerimanya, melainkan diberikan karena kemurahan hati. Kita meminta kesembuhan karena anugerah Kristus.

Anugerah adalah sifat Kristus. Ketika Yohanes merangkum diri Yesus, maka ditulisnya kalimat ini, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melhat kemliaan-Nya… penuh kasih karunia dan kebenaran.” [Yohanes 1:14]. Perhatikan ungkapan “penuh kasih karunia.” Lalu Yohanes menulis sebuah kalimat lagi: “Karena dari kepenuhan-Na kita semua telah menerima kasih kaunia demi kasih karunia.” [Yohanes 1:16]. Perhatikan bahwa dalam tiap kalimat itu dipakai kata penuh atau kepenuhan. Luber atau meluap. Apanya yang luber? Menurut ayat itu: anugerah demi anugerah atau anugerah yang satu disusul anugerah berikutnya.

Ibarat botol air yang luber, Kristus adalah sumber anugerah yang luber. Ia adalah sumber anugerah kesembuhan, anugerah kehidupan, dan anugerah keselamatan.

Selasa, 21 April 2009

3 cerita yang memperkuat iman

Cerita 1

Seorang Katolik menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke gereja setiap minggu. Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun dan selama itu saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup, saya tidak bisa mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan begitu banyak waktu - demikian pun para pastor itu telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu."

Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca. Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada seseorang yang menulis demikian: "Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis masakan. Selama hidup saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan itu yang dilakukan istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah.

------------ --------
Cerita 2

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka. Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami
tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya. "
"Lalu apa khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?"
Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung. Dan anak-anak lain tampak menjadi malu. Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu?
Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan.
Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teskan ..
"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya.
"Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.
Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya. "

------------ --------
Cerita 3

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal. Dia sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "

Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu. Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka? Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam. Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.
"Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah. Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak. "Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita di atas ini bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke gereja.

############ ######### ######### ######
Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya
############ ######### ######### ######

25 Dasar Mengapa Anda Jangan Menyerah

25 Dasar Mengapa Anda Jangan Menyerah

Ketika keadaan dan situasi kelihatannya tidak memberi anda harapan, Tuhan
tetap setia untuk anda. Yang Ia nantikan hanyalah seruan anda padaNya.
Selalu ada harapan bagi anda dan saya.

Anda adalah bagian dari keluarga Allah. Anda kudus dan tidak lagi bersalah
dihadapan Allah. Tidak ada yang dapat mendakwa anda. Semua rekaman dosa telah dikoyakkan dan dimusnahkan.

1. Tuhan Mengasihi Saya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi
Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1Yohanes 4:10)

2. Dosa Saya Pasti Telah Diampuni. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya
kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih
karunia-Nya (Efesus 1:7)

3. Saya Memiliki Damai Sejahtera dan KebenaranNya. Sebab itu, kita yang
dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh
karena Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 5:1). Tetapi oleh Dia kamu berada
dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia
membenarkan dan menguduskan dan menebus kita (1Korintus 1:30)

4. Saya Kudus dan Tidak Bersalah Dalam Pandangan Allah. Sekarang
diperdamaikan- Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya
(Kolose 1:22). Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4).

5. Dia Menjadikan Saya Bersih, Lebih Putih Daripada Salju. Bersihkanlah aku
dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka
aku menjadi lebih putih dari salju! (Mazmur 51:9). Marilah, baiklah kita
berperkara! -- firman TUHAN ・Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan
menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba,
akan menjadi putih seperti bulu domba (Yesaya 1:18). Tetapi jika kita hidup
di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh
persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa (1Yohanes 1:7).

6. Tidak Ada Yang Dapat Mendakwa Aku. Siapakah yang akan menggugat
orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (Roma 8:33-34)

7. Tuhan Sudah Melupakan Dosa Saya, Bahkan Kesalahan Yang Mungkin Akan Terjadi. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka (Ibrani 8:12). Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita (Mazmur 103:12). Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yohanes 1:9).

8. Rekaman Dosa Saya Telah Dikoyakkan dan Dimusnahkan. Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib (Kolose 2:14).

9. Saya Adalah Orang Yang Lengkap, Manusia Seutuhnya. Dan kamu telah
dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa (Kolose 2:10). Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah (Kolose 4:12).

10. Saya Adalah Ciptaan Allah. Dia Tidak Membuat Kesalahan. Saya Adalah
Buatan Tangan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).

11. Tuhan Ada Untuk Saya. Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang
semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31).

12. Tuhan Tidak Akan Meninggalkan dan Menolak Saya. Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5).

13. Tuhan Menyelamatkan dan Melindungi Saya Dari Segala Kerugian. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu (Mazmur 91:9-10).

14. Tuhan Mengirimkan MalaikatNya Untuk Melindungi KepunyaanNya. Sebab malaikat-malaikat- Nya akan diperintahkan- Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu (Mazmur 91:11).

15. Tidak Ada Seorangpun Yang Dapat Memisahkan Kita Dari Kasih Kristus.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerint ah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 8:38-39).

16. Tuhan Akan Mencukupi Segala Kebutuhan Kita. Allahku akan memenuhi
segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19).

17. Saya Telah Dimerdekakan Dari Perbudakan Dosa. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6:22).

18. Saya Memiliki Hidup Yang Kekal. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu,
supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal (1Yohanes 5:13).

19. Saya Menerima Kasih Karunia Tuhan Secara Gratis. Supaya terpujilah
kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan- Nya kepada kita di dalam
Dia, yang dikasihi-Nya (Efesus 1:6).

20. Saya Telah Diberikan Iman Yang Cukup Sebagai Anugerah Allah. Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri (Efesus 2:8-9).

21. Saya Mempunyai Pengacara, Pembela Hukum Dihadapan Tuhan. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil (1Yohanes 2:1).

22. Saya Memiliki Tuhan Yang Hidup Dalam Diri Saya. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu (Roma 8:9-11) .

23. Tuhan Tidak Membiarkan Saya Tergoncang. Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah (Mazmur 55:23).

24. Saya Punya Kekuatan Dalam Semua Keadaan. Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13).

25. Saya Adalah Bagian Dari Keluarga Allah. Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (Galatia 4:4-5).(nat)

Sumber: Steve Arterburn - NLM @JAWABAN.com

WANITA DICIPTAKAN KEDUA BUKAN UNTUK MENJADI NOMOR DUA NAMUN KARENA YANG PERTAMA PERLU KEHADIRAN YANG KEDUA

WANITA DICIPTAKAN KEDUA BUKAN UNTUK MENJADI NOMOR DUA NAMUN KARENA YANG PERTAMA PERLU KEHADIRAN YANG KEDUA




Anak-Ku Tersayang,
Aku menjamin bahwa kamu belum pernah bertemu dengan siapapun juga yang seperti Aku. Aku tidak membual; ini adalah suatu kebenaran.
Bukankah Aku selalu mengampunimu ketika kamu memohon ? Apakah ada orang lain yang mengetahui setiap pikiran yang kamu pikirkan dan setiap mimpi yang kamu impikan? Adakah orang yang kamu kenal yang mau bersamamu dua puluh empat jam sehari? Siapakah yang pernah menciptakan seluruh dunia yang indah bagi tempat tinggalmu, atau menciptakan udara yang kamu hirup? Adakah orang lain lagi yang mempunyai rencana menggairahkan terhadap hidupmu? Apakah kamu mengenal orang lain yang menyiapkan tempat tinggal bagimu di Surga, tempat kamu tidak akan merasa takut atau terluka lagi?
Akulah satu-satunya Yang Mengasihi kamu seperti ini, dan Aku ingin membagi kehidupanku denganmu.
Yang Tak Ada Duanya,
Tuhan
Ya TUHAN, tidak ada yang seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau (1 Tawarikh 17:20)
|||||| sumber: http://www.terangdu nia.com// ||||||


KEBANGKITAN: SUATU JANJI
Markus 16:1-6
Selasa, 21 April 2009

Sejak abad pertama, orang bergumul dengan gagasan mengenai kebangkitan, karena hal itu di luar akal. Namun mempercayai bahwa Yesus telah bangkit dari maut bukanlah hal yang dapat dinegosiasikan bagi orang Kristen. Bila kebangkitan tidak terjadi, maka Yesus Kristus tidak menang atas maut. Dan tanpa kemenanganNya, kita tidak dapat dibebaskan dari dosa dan hukuman yang menyertainya.

Terdapat bukti kuat bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Pertama, Ia berjanji bahwa Ia akan melakukanNya (Markus 8:31). kebangkitanNya bukanlah suatu kebetulan atau tipuan, melainkan bagian dari rancangan Allah sejak semula. Bahkan, berabad-abad sebelum kelahiran Yesus, Yesaya dan Daniel telah menubuatkan tentang kebangkitan (Yesaya 26:19, Daniel 12:2).

Kedua, para murid dan rasul sangat yakin bawa Kristus telah hidup kembali sehingga mereka memproklamirkan Tuhan yang bangkit kepada dunia yang memusuhiNya. Mereka menghadapi penganiayaan, penderitaan secara fisik dan bahkan kematian karena memberitakan Injil. Tak seorangpun dari mereka akan menyerahkan nyawanya kecuali mereka meyakini kematian Yesus yang menebus dosa manusia serta kebangkitanNya.

Akhirnya, orang Yahudi yang percaya mengubah metode penyembahan mereka untuk merayakan kemenangan Yesus atas maut. Mereka memindahkan hari ibadah mereka dari Sabtu ke Minggu sebab Ia bangkit pada hari pertama Minggu itu (Markus 16:2). Bahkan mereka sudah berhenti membawa korban binatang sebab mereka menerima Yesus sebagai penebus atas dosa.

Yesus berkata bahwa Ia akan bangkit kembali danduduk di sebalah kanan Bapa di surga. Ia melakukan persis seperti yang Ia janjikan. kebangkitanNya yang supranatural merupakan suatu konfirmasi bahwa segala sesuatu yang Ia katakan 100 persen dapat dipercaya.
|||||| sumber: http://www.sentuhan hati.com/ ||||||


Allah Mendesain

Bacaan hari ini: Kejadian 2:18-23
Ayat mas hari ini: Kejadian 2:22
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 31-33

Dari sebuah e-mail saya membaca sebuah cerita imajinatif tentang bagaimana Tuhan menciptakan wanita. Dikatakan, karena wanita diciptakan dengan tugas spesial, maka ia harus punya kekuatan khusus. Begini spesifikasinya. “Ia bisa dicuci, tetapi bukan dari plastik. Ia punya 200 bagian bergerak yang berfungsi banyak. Bisa menyiapkan makanan. Bisa merangkul beberapa anak sekaligus. Bisa memeluk dan melegakan seseorang, baik karena terjatuh atau karena luka hati. Ia harus bisa menyembuhkan dirinya sendiri jika sakit, dan bisa bekerja hingga 18 jam sehari. Ia lembut di luar, tetapi sangat kuat di dalam.”

Saat Allah membentuk Adam, kata kerja yang dipakai sama dengan kata yang menunjuk pada bagaimana pembuat tembikar bekerja. Indah membayangkan Tuhan membentuk Adam dengan jari tangan-Nya seperti seorang pembuat tembikar membuat hasil karyanya. Tidak kalah indah ketika Allah membangun Hawa. Alkitab versi New American Standard Bible menggunakan kata mendesain. Artinya, merancang dengan saksama.

Di akhir e-mail tadi, ada satu peringatan penting. Yakni bahwa pemaparan tentang betapa spesialnya wanita dicipta, kerap tak disadari para wanita sendiri! Banyak wanita merasa tak bisa berbuat banyak, sehingga menarik diri untuk berperan. Padahal Allah menciptanya dengan segala kelengkapan, yang bahkan membuatnya sanggup menolong pria! Hari ini, biarlah para wanita bangkit untuk menjadi pribadi bermakna bagi setiap orang dalam hidupnya. Dan biarlah para pria bangkit untuk menghargai setiap wanita dalam hidupnya, sebab mereka pun istimewa di mata Allah!

Dilambatkan

"Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14)


Dahulu pada tahun 1970-an, Tom Watson merupakan pegolf yang mulai naik daun di Kejuaraan PGA. Namun dari waktu ke waktu, ketika Tom memimpin turnamen dan sampai ke ronde terakhir, ia akan menjadi gugup, kalah dalam beberapa holes dan berakhir di pertengahan permainan. Segera media massa menyebut Tom sebagai "Si Gugup". Kritikan semacam itu hanya membuatnya semakin tertekan dan makin cenderung gugup.

Dalam sebuah wawancara dengan sebuah majalah golf, Watson berkata, "Setiap orang bisa saja gugup. Dalam kejuaraan US Open pada tahun 1974, saya selalu salah memukul. Syaraf saya tidak bisa menyesuaikan diri dalam pertandingan itu. Itulah kegugupan saya, sehingga saya tidak dapat menemukan pukulan atau ayunan stik golf yang pas."

Bagaimana Watson dapat mengatasi kegugupannya? "Byron memberikan nasihat yang terbaik kepada saya." Watson ingat apa yang pernah dikatakan oleh Byron Nelson, pemain golf profesional legendaris di tahun 1930-an dan 1940-an. Byron pernah berkata, "Jalanlah dengan perlahan-lahan, berbicaralah lambat lambat, lakukanlah segala hal dengan sengaja dilambatkan dari biasanya. Hal itu akan menenangkan engkau." Nasihat itu membantu Tom Watson mengatasi kegugupannya. Ia kemudian memenangkan banyak turnamen golf, termasuk kejuaran Inggris Terbuka sebanyak lima kali.

Setiap orang bisa saja gagal. Kegagalan merupakan bagian dari proses yang membawa kita pada kedewasaan dan keberhasilan. Kebanyakan para pengusaha yang sukses telah melalui berbagai kegagalan dalam kehidupan ini, namun mereka biasanya tidak menganggap kegagalan mereka sebagai kekalahan. Mereka menganggap kegagalan sebagai pelajaran. Jika anda ingin berhasil, belajarlah banyak dari kegagalan anda sendiri.

"Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14)

Sumber: Os Hillman

Jumat, 17 April 2009

sweet memories with choirs






















































Kenangan bersama anak choir, senangnya hatiku, bisa mengenal mereka semua